Sabtu, 27 Juli 2013

The Touchstone

Ketika perpustakaan besar di Alexandria terbakar, konon kabarnya ada satu buku yang berhasil diselamatkan. Namun begitu, buku ini bukanlah sebuah buku yang berharga, dan seorang lelaki miskin yang sedikit bisa membaca, membeli buku tersebut dengan harga beberapa keping koin tembaga.

Buku tersebut bukanlah buku yang begitu menarik, tapi di antara lembaran-lembaran halamannya tersimpan sesuatu yang menarik. Itu adalah potongan naskah yang dituliskan di atas kulit binatang dan berisikan rahasia tentang ‘Touchstone’.


Touchstone adalah sebuah batu kecil seperti kerikil namun touchstone mampu merubah logam menjadi emas murni. Dalam naskah tertulis bahwa ada sekitar jutaan batu-batu kerikil yang terlihat sangat mirip dengan touchstone. Tapi rahasianya adalah: Batu touchstone yang asli akan terasa hangat sementara batu biasa akan terasa dingin saat kamu memegangnya.


Kemudian lelaki itu menjual harta benda miliknya yang tidak banyak dan kemudian membeli beberapa peralatan sederhana, dan kemudian dia membangun tenda kecil di tepi pantai, dan dimulai-lah pencariannya di pantai tersebut.

Ia mengetahui bahwa bila ia mengambil batu-batu kerikil biasa dan melemparkannya kembali karena batu-batu tersebut dingin, maka kemungkinan dia akan kembali mengambil batu yang sama beratus-ratus kali. Oleh karenanya, saat ia mengambil sebuah kerikil dan ia merasakannya dingin, maka ia akan melemparkannya ke tengah lautan. Lelaki ini menghabiskan waktu seharian penuh untuk menge-tes kerikil-kerikil tersebut namun tak satu pun yang merupakan touchstone. Tapi ia tetap terus melakukannya. Mengambil sebuah kerikil. Terasa dingin – dibuangnya ke lautan. Mengambil lagi kerikil lainnya. Membuangnya lagi ke lautan.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Hingga suatu hari, ia mengambil sebuah kerikil dan kerikil itu terasa hangat. Namun lelaki itu membuangnya ke lautan sebelum ia menyadari apa yang telah dilakukannya.

Dirinya telah membentuk kebiasaan yang kuat seperti itu, melemparkan kerikil-kerikil yang di dapatnya ke lautan, sehingga ketika ia menemukan touchstone yang dicarinya ia tetap saja membuangnya.


Begitu pula dengan kesempatan. Terkecuali bila kita waspada, maka akan sangat mudah buat kita untuk gagal menyadari sebuah kesempatan yang telah ada dalam genggaman kita dan ini sama mudahnya dengan membuang jauh kesempatan itu tanpa kita sadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar