Jumat, 26 Juli 2013

Sang Roda

Suatu ketika, ada sebuah roda yang kehilangan salah satu jari-jarinya. Ia tampak sedih. Tanpa jari-jari yang lengkap, tentu, ia tak bisa lagi berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi saat ia melaju terlalu kencang ketika melintasi hutan. Karena terburu-buru, ia tak menyadari ada satu jari-jari yang jatuh dan terlepas. 

Kini sang roda pun bingung. Kemanakah hendak di cari satu bagian tubuhnya itu? Sang roda pun berbalik arah. Ia kembali menyusuri jejak-jejak yang pernah ia tinggalkannya. Perlahan, di tapakinya jalan-jalan itu. Satu demi satu di perhatikannya dengan seksama. Setiap benda di amati, dan di cermati, berharap,akan ditemukannya jari-jari yang hilang itu.

Ditemuinya kembali rerumputan dan ilalang. Dihampirinya kembali bunga-bunga di tengah padang. Dikunjunginya kembali semut dan serangga kecil di jalalanan. Dan dilewatinya lagi semua batu-batu dan kerikil-kerikil pualam. Hei... semuanya tampak lain.

Ya, sewaktu sang roda melintasi titik-titik kecil. Semuanya, tampak biasa, dan tak istimewa. Namun kini, semuanya tampak lebih indah. Rerumputan dan ilalang, tampak menyapanya dengan ramah. Mereka kini tak lagi hanya berupa batang-batang yang kaku. Mereka tampak tersenyum, melambai tenang, bergoyang dan menyampaikan salam. Ujung-ujung rumput itu, bergesek dengan lembut di sisi sang roda.

Sang roda pun tersenyum dan melanjutkan pencariannya.

Bunga-bunga pun tampak lebih indah, harum , dan semerbak, lebih terasa menyegarkan. Kuntum-kuntum yang terbuka, menampilkan wajah yang cerah. Kelopak-kelopak yang tumbuh, menari, seakan bersorak pada sang roda. Sang roda tertegun dan berhenti sebentar. Sang bunga pun merunduk, memberikan salam hormat.

Dengan perlahan, dilanjutkannya kembali perjalanannya.

Kini, semut dan serangga kecil itu, mulai berbaris, dan memberikan salam yang paling semarak. Kaki-kaki mereka bertepuk, membunyikan keriangan yang meriah. Sayap-sayap itu bergetar, seakan ada ribuan genderang yang di tabuh. Mereka saling menyapa. Dan serangga itu pun memberikan salam dan doa pada sang roda.

Begitu pula batu dan kerikil pualam. Kilau yang hadir, tampak berbeda jika di lihat dari mata yang tergesa-gesa. Mereka lebih indah, dan setiap sisi batu itu memancarkan kemilau yang teduh. Tak ada lagi sisi dan ujung yang tajam dari batu dan pualam, membuka jalan, memberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah lama berjalan, akhirnya ditemukannya jari-jari yang hilang. Sang roda pun senang. Dan ia berjanji, tak akan tergesa-gesa dan berjalan terlalu kencang dalam melakukan tugasnya.


Bahan Renungan:

Begitulah hidup. Kita, seringkali berlaku seperti roda-roda yang berjalan terlalu kencang. Kita sering melupakan ada saat indah yang terlewat di setiap kesempatan. Ada banyak hal-hal kecil yang sebetulnya menyenangkan, namun kita lewatkan karena terburu-buru dan tergesa-gesa.

Hati kita kadang terlalu penuh dengan target-target, yang membuat kita hidup dalam kebimbangan dan ketergesaan. Langkah-langkah kita, kadang selalu dalam keadaan panik, dan lupa bahwa di sekitar kita banyak sekali hikmah yang perlu di tekuni. Seperti saat roda yang terlupa pada rumput, ilalang, semut, dan pualam, kita pun sebenarnya sedang terlupa pada hal-hal itu. Cobalah menyusuri kembali jalan-jalan kita. Cermati, amati, dan perhatikan setiap hal yang pernah kita lewati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar